Sabtu, 02 Februari 2019

Kisruh penyelesaian Kakawin Bharata Yuddha pada saat bertahta Prabu Jayabhaya, Kerajaan Kediri














































Sekilas tentang Kakawin atau sekar agung;

Kakawin merupakan nyanyian suci yang disakralkan oleh umat hindu. Kakawin berasal dari bahasa jawa kuno yang oleh umat hindu merupakan sebuah kitab. Kakawin seperti sebuah puisi yang terdiri dari empat baris. Kakawin berasal dari kata dasar kawi yang artinya karang atau ripta ( bahasa bali ) mendapatkan awalan ka dan akhiran an. Kakawin terdiri dari empat palet atau baris ;

  1. Pangawit ( baris pertama ).
  2. Panampih ( baris kedua ).
  3. Pangumbang ( baris ketiga )
  4. Pamada atau pamalet ( baris keempat )
Kakawin terikat dengan guru laghu atau panjang pendeknya setiap vokal yang harus dinyanyikan. Seperti contoh berikut :


Kakawin terikat dengan guru laghu atau wirama, yang artinya dimana lagu harus dinyanyikan panjang dan mana yang dinyanyikan pendek. Seperti contoh diatas disebut wirama jagaddhita, tanda - harus dinyanyikan panjang dan tanda 0 harus dinyanyikan pendek.

Kakawin Bharata Yuddha merupakan sebuah kakawian atau karangan dengan cerita kolosal. Kakawin dikarang oleh seorang maha guru besar pada jaman raja Jayabhaya di kerajaan Kediri yaitu Empu Sedah dan karena sesuatu masalah di kerajaan akhirnya dilimpahkan berikutnya kepada Empu Panuluh untuk menyelesaikan karangan tersebut. Seperti dalam Kakawin Bharata Yuddha bait terakhir ini ada disebutkan sebagai berikut:

Nhanten tan prihawak hulun rumaca nang carita hana wuruk nareswara.
Kyating rhat Mpu Sedah wang uttama sira ngiketi arepani nditeng langha.
Nduk Senepati nhata shalya yatika suruhanak iku koluging rasa.
Ang heman ri manis nikirti kawirajya sinahaja nike pupuk pahit.

Yang artinya;
Bukanlah saya pribadi yang mengarang Kakawin ini, ada seorang Bujangga dari beliau Sang Raja.
Terkenal di jagat raya ini beliau Empu Sedah yang Maha Utama, beliau yang menyelesaikan karangan tersebut di depan, tak ada yang menandingi di dunia ini.
Pada saat Senopati dari raja Prabu Salya, saat itu saya merasa kikuk karena belum tahu untuk melanjutkan Kakawin tersebut  ( kata Empu Panuluh ).
Sayang sekali keMahakuasaan beliau Sang Kawiswara, diisi dengan hal yang kurang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar